Tentang polemik nelayan hilang, tahun lalu DPP IPPMIMM berinisiatif melaksanakan kegiatan Diskusi publik dengan tema "Membincang Sistem Pemantauan dan Penyelamatan Nelayan Tradisional Majene" dalam kegiatan tersebut di hadiri Oleh narasumber yakni dari Dinas kelautan, perikanan dan kehutanan dan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Majene, serta di hadiri Oleh Penggiat maritim mandar Ridwan Alimuddin.
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini yakni Masyarakat Nelayan Kelurahan Mosso kec. Sendana, pemuda, serta mahasiswa yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Diskusi berlangsung lancar dan diberikan sesi tanya jawab terkait permasalahan-permasalan masyarakat nelayan.
Adapun kendala yang di dapatkan nelayan pada saat mencari nafkah adalah, biasa mesin kapal itu rusak/macet pada saat di tengah laut ermasalahan juga tergantung kapal apa yang di gunakan, kalau menggunakan kapal kecil itu rentang terjadi kecelakaan, untuk kapal besar itu kurang angka kecelakaan nya karena untuk kapal kecil (katinting) jika sekali di hantam ombak dan "baratang" atau "palatto" nya patah maka akan mengakibatkan kapal terbalik, alhasil jika ingin mengembalikan ke posisi semula, nelayan harus rela membuang mesin kapal ke dasar laut yang harganya kisaran 3 sampai 6 juta (tergantung merek) untuk bisa selamat.
kelengkapan peralatan Penyelamatan di kapal yang masih kurang juga sebagai kedala masyarakat nelayan, serta masih banyak nelayan yang sendiri pada saat melaut, mungkin karena kondisi kapal yang kecil sehingga tdk memanggil teman/sawi. Kondisi cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kecelakaan kapal karena biasa cuaca kadang berubah-ubah, "kadang saat kami sudah di tengah laut cuaca tidak mendukung mau tidak mau kita harus berjuang bertahan"
Kadang kita sudah tau cuaca akan tidak baik tetapi karena tuntutan ekonomi dan keluarga kami harus melaut karena itu adalah sumber penghidupan kami, untuk membiayai anak2 kami yang sekolah.
Dalam kondisi yang seperti itu sangatlah memperihatinkan oleh para nelayan utamanya di daerah Kab. Sendana, hasil yang diperoleh dari diskusi tersebut bahwa dalam hal ini dinas pemerintahan terkait akan memberikan solusi dalam memberikan penyelamatan dan perlindungan bagi para nelayan dalam waktu dekat. Namun setahun lebih berlalu pemerintah daerah Kab. Majene belum merespon secara baik hasil dari diskusi tersebut sehingga setiap dekade "paccumi" tetap ada yang hilang bahkan sampai berhari-hari belum di dapatkan jasadnya di laut. Kali ini ada lagi satu nelayan yang telah di dapatkan kapalnya di daerah parairan Lero Kota Pare-Pare, namun jasad korban belum ditemukan sampai sekarang. Entah sampai kapan akan terus seperti ini, semoga kedepannya dalam waktu dekat Bapak Bupati Majene dan Wakilnya mampu memberikan solusi kepada para nelayan utamanya para "paccumi".
0 Response to "Polemik Nelayan yang Hilang Dari Masa ke Masa "
Posting Komentar