MAJENE ironi KOTA PENDIDIKAN
Muh. Syukran Tahir (Koordinator DPO IPPMIMM).
Bukan pertentangan lagi bahwa "Majene Kota Pendidikan" adalah jualan laris untuk sambutan para birokrasi dan politisi, terlebih dalam masa mencari dan mempertahankan kekuasaan. Namun, melihat realitas tersebut bukan hanya mempertanyakan dan mempertentangkan kondisi majene yang di daulat sebagai kota pendidikan. Bahkan beberapa golongan tertentu yang masih peduli dan memperhatikan dunia pendidikan di Majene menyampainkan kritik dari orasi jalanan sampai tulisan di media sosial.
Beberapa kasus amoral yang dilakukan oleh para oknum pelajar bahkan pendidik beberapa tahun ini mengagetkan dunia pendidikan di kabupaten yang mengambil slogan Majene malaqbi. Terlebih lagi Istilah “digugu lan ditiru” (dianuti dan diteladani) seolah hanya menjadi istilah yang klise yang memperpanjang cerita akan ketidak percayaan orang tua didik terhadap institusi pendidikan serta di perburuk klaim akan undang-undang perlindungan anak yang membuat guru terkesan lembek dan tidak berwibawa.
Sarana dan prasana serta tenaga pendidik adalah hal mendasar yang sangat menentukan kualitas pendidikan, Majene sendiri tidak lepas akan persoalan mendasar tersebut. Contohnya sejak Tahun 2017 beberapa media memberitan tentang bus sekolah yang tidak beroperasi persoalan perawatan dan bahan bakar menjadi alasan tidak berjalannya bus tersebut setiap harinya siswa harus mempersiapkan minimal Rp. 6.000,- untuk sekali pulang pergi, persoalan Kampus UNSULBAR dari akses sampai fasilitas yang beberapa mahasiswa menjadi korban, bahkan ketidak jelasan sistem mutasi para tenaga pendidik, serta beberapa kasus lainnya. Adapun penyelesaian beberapa kasus tersebut belum maksimal, bahkan beberapa kasus terlihat mendapatkan penanganan apabila mendapatkan respon lebih dari masyarakat dan terkhusus jamaah virtual media sosial.
Impian beberapa kalangan akan baiknya pendidikan di Majene yang diharapkan menjadi cerminan di Sulawesi Barat bahkan salah satu yang terbaik di Indonesia Timur. Harapan terbangunnya beragam tempat wisata yang bukan hanya wisata yang mengeksplor alam seperti trend wisata pantai dato tetapi diharapkan wisata pendidikan juga mewarnai di kota ini, baik dari yang formal maupun informal sampai pada komunitas-komunitas belajar milik kelompok atau perorangan serta pusat-pusat perbelanjaan dan peminjaman buku (toko buku dan perpustakaan) juga sangat diperlukan di kabupaten Majene, meskipun trend perkembangan komunitas literasi sangat menjamur akhir-akhir ini serta ruang diskusi yang dibuat beberapa teman-teman yang mencoba di aplikasikan dari pengalaman kota-kota pendidikan dari Makassar bahkan sekelas Yogyakarta.
Dan akhirnya kebijakan para birokrat dan politisi sangat diperluakan untuk menjawab suksesi majene sebagai Kota Pendidikan serta peran para teman-teman masih terjaga dan peduli untuk membagikan semangat dan membuka ruang-ruang literasi di Kabupaten Majene.
Ujung Pandang, 2 Juli 2019 didikan serta peran para teman-teman masih terjaga dan peduli untuk membagikan semangat dan membuka ruang-ruang literasi di Kabupaten Majene.
Ujung Pandang, Juli 2019
0 Response to "MAJENE ironi KOTA PENDIDIKAN"
Posting Komentar