BUKAN SOAL KEKUASAAN
(Polemik dan Statuta IPPMIMM)
Oleh: Fakli. A
IPPMIMMNews.com, Opini - Tanggal 27 menjadi penentu untuk masa depan organisasi kita tercinta. Momentum 27 april akan menjadi kisah yg sangat dinanti-nanti, apakah akan berujung pada titik balik kebangkitan IPPMIMM atau justru terperosok kearah chaos (kematian lembaga).
Begitu banyak cerita yg mengalir deras ditelinga. Penanda hiruk pikuk alur cerita IPPMIMM kembali dimulai, wacana pun mulai menyeruak!!. berbagai kabar angin mulai berhembus kencang, ada yang menyatakan bahwa " IPPMIMM akan begitu-begitu trus adanya. Karena sudah nenjadi garis nasib bagi lembaga ini berada dalam kegamangan dan garis kekacauan yg tak-kan usai. Jadi sudahla! percuma lembaga itu di teruskan'' (tutur mereka). Disisi lain terdengar juga kabar tentang harapan dari parah tetuah dan pendahulu. Marak terdengar tentang cerita yg keluar dari tutur mereka, tentang bagaimana mereka menjawab persoalan-persoalan Daerah yg pelik kala itu, tentang bagaimana mereka membangun solidaritas, pondasi keilmuan bahkan sampai pada derita dan suka duka yg mereka telah semai dalam melakoni kehidupan berlembaga.
Naas, hal yg mereka rasakan justru berbanding terbalik dengan realita
"lembaga'' hari ini. Telah banyak pergesaran dalam cerita mahasiswa hari ini, konon katanya bahwa "mahasiwa telah mengalami kemuduran dalam gagasan, lemah syahwat dalam berfikir bahkan terkadang sala kaprah dalam bertindak" . Alasan ini, cukup rasional jikala kita mengamati kondisi ke-mahasiswa dewasa ini.
Lontaran pernyataan itu, tentu tersirat makna kausal. Kita bebas untuk melakukan interpretasi terhadapnya. apakah pesan itu ditandai sebagai kritik ataukah sebagai wejangan terserah!! Yang jelas ada sebuah harapan yg tersirat dalam pesannya. Harapan tentang kejayaan dan kegemilangan pemuda pemudi IPPMIMM dimasa yang akan datang. Mereka meyakini bahwa, masih ada titik cahaya yang mampu membias menerangi kekelaman hidup masyarakat majene saat ini, merekalah Pemuda dalam ceritra bapak almarhum tashan burhanuddin, cerita bapak ma'mum hasanuddin dan banyak lagi bait - bait cerita yang mengucur deras bagai aliran harapan yang tak henti mengalir.
Harapan besar itu tentu membutuhkan kerja keras untuk bisa menjawabnya. Semoga pangkal cerita tidak menjadi gerbang baru dimulainya perpecahan yang semakin besar, mengingat IPPMIMM telah lama terbius oleh peta komplik yang akut (prodak sejarah). Seakan tak ada lagi penawar baginya, dia hanya menunggu ajal tiba dan itu adalah ironi, ketika tidak dijawab dengan bijaksana dan penuh rasa tanggung jawab.
Garis kesejarahan belakangan ini menggiring kita kedalam sentimen. Ada problema yang tabuh dan bahkan tak pernah diungkap kepermukaan. apakah ini adalah aib? Ataukah memang problem-problem yang ada hanyalah narasi fiktif yang tak jelas. Andaikan bisa, tak perluh ada tabir sehingga prasangka tidak menghalangi kita menyeru wacana persatuan. Hal ini mengindikasikan bahwa Terjadi suatu mis-komunikasi atar elemen, inilah yang menjadi pemicu curiga (bibit komplik) dan akhirnya menjadi fakta yang diyakini begitu saja.
Opini bias yang akhirnya menjadi fakta adalah kroni yang menyulut amarah dari elemen-elemen lain. Kenapa demikian? Pembentukan opini biasanya syarat dengan muatan politis, kelompok yang merasa dirugikan dengan riak-riak yang terjadi akan melakukan protes dalam berbagai bentuk. Ini adalah sebuah skema untuk mengamankan peluang menuju pucuk kekuasaan. Oleh karnanya penggiringan wacana, harus ekstra berhati hati, media dalam hal ini sebagai sentrum penebar impormasi publik semestinya terlepas dari sekte kepentingan yg bertalian dengan tampuk kekuasaan. Dalam lembaga ada yang disebut hasrat machine (yasraf amir filian) ini semacam sirklus rantai makanan dalam ekosistem dimana masing subjek yang berkepentingan ingin saling mendominasi sebagai kategori pemenang (penguasa). Kans-kans kekuasaan membentuk imperum, nenyusun strategi dan taktik guna perwujudan legitimasi atas yang lain. Dalam hal ini, peran untuk saling mendominasi menjadi satu satunya tujuan para kompetitor.
Kompetitor dan imperium kekuasaan takbisa dilepaskan dalam perhelatan statuta Mubes. Ini sudah menjadi kultus dalam kancah politik, memahami diskursus politik sebagai perebutan kekuasaan (machiavelli) akan menyeret manusia pada karakter arogan dan ambisius, padahal politik sebenarnya sebuah alat untuk mewujudkan kemanusiaan dan perwujudan stabilitas sosial dalam kehidupan.
Celakanya, alih alih untuk mewujudkan stabilitas yang ada malah kecelakaan kearah dis-stabilitas. Perpecahan bertameng prinsif yang mapan dan teroganisir menjadi alasan yang kuat untuk tidak membangun kompromi dalam entitas kelembagaan. Inilah mengapa IPPMIMM selalu indentik dengan prasangka dan curiga yg terus menerus terjadi, pola komonukasi berlansung secara tertutup, pesan pesan yang diskrit yang jauh dari fakta berubah wacana wacana yang berbau kebencian dan propokatif, dalam posisi ini ada juga "oknum - oknum" yang dengan sengaja memanfaatkan momentum untuk mempebesar wacana yang bisa memicu komplik.
Dis stabilitas yang terjadi selama ini semestinya bisa memberikan pelajaran bagi setiap subjek untuk melakukan koreksi pada diri sendiri. Seandainya memang kita menginkan IPPMIMM ber usia panjang seharusnya dalam fase seperti ini, mustinya solidaritas dan rasa persaudaraan yg menjelma di permukaan. Kita harusnya membuka paradigama berfikir positif terhadap sesama sehingga asumsi negatif perlahan lahan tidak muncul lagi. Meminjam narasi george soros yang mengataka bahwa setiap orang harus terbuka terhadap falibilitas (kemungkinan salah) tidak ada manusia yang bisa membaiat diri sebagai orang yang paling benar. Maka dari itu, setiap dari pelaku organisasi dengan penuh rasa kesadaran dan tanggung jawab seyogyanya menerima putusan yang berdasar pada musyawarah mupakat.
Kroni kroni yang pernah ada cukuplah menjadi peta tematik untuk kita belajar. Dahulu kita terjebak egosentrisme daerah sampai merembes pada otoritarianisme kekuasaan. Terlena dengan kata siapa yang pantas? Orang kota atw orang bawah, meluas menjadi issu perpecahan yang kronis dalam tubuh organisasi. Wacana ini dipelihara hingga dia membeku dalam sejarah sampai sampai menjadi aliran doktrinal warisan sesepuh. Pertanyaan kemudian, masihka pantas wacana itu diseruakkan dimasa sekarang??. Saat lembaga berada dalam kekacauan struktur, instabilitas fungsionalitas hukum bahkan masadepannya pun tampak kabur.
Salah kaprah dalam memahami alur sejarah. Bisa jadi menjebakkan diri dalam irama kebencian yang terus akan berlanjut, saya rasa kita sudah selesai dengan sejarah. Ada tantangan yang lebih besar yang semstinya kita jawab, generasi generasi baru menunggu untuk melanjutkan tonggak estapet kepemimpinan, mereka butuh wadah untuk saling mengenal mereka butuh untuk dicerdaskan dan mendapat pengayoman dari generasi sebelumnya. Sudah tidak etis lagi kita bergumul dalam sengketa yang pelik seperti masa masa sebelumnya. Tapi seandainya hal itu tidak bisa di indahkan maka mari kita bawa kearah arah yang positif dan produktif.
Chaos dalam forum organisasi merupakan Dinamika yang wajar-wajar saja (lontaran penutur Senior). Hemat saya, ini bukan pilihan yang bijak. Kalau bisa memilih kenapa mesti memilih chaos, bukankah ada pilihan lain untuk tidak chaos( Tc). Statemen ini cukup beralasan mengapa kemudian Tc menjadi alternatif yg harus di kedepankan, mengingat lembaga ini sedang dalam keadaan gawat, lembaga ini sedang dalam kondisi pesakitan. Akan semakin kronis jika kita tambah lagi dengan komplik yg ujungnya adalah dis-integrasi antar komponen lembaga bahkan sampai degaradasi atau kematian IPPMIMM tercinta.
Untuk memperbaiki IPPMIMM kita perlu merubah cara berfikir. Seandainya saja semua yang ada dalam masyarakat IPMIMM bisa berafiliasi untuk lepaskan jubah "kepentingan" sehingga yang ada adalah foku menatap kedepan. Keutamaan memperbaiki lembaga itu lebih penting diatas keinginan untuk mendominasi. Apa arti lembaga ketika ornamen ornamennya tidak saling menyatu, (Samuel p huntington) menyatakan bahwa perwujudan tujuan organisasi akan niscaya jika semua subjek saling merasionalkan, menyatukan persepsi dan menggagas kepentingan bersama.
Tanggal 27 april mendatang IPPMIMM akan menggelar Musyawarah besar yg sangat menentukan. Momentum, dimana ipmimm akan melakukan Reinkarnasi melalui proses regenerasi peralihan tampu kepemimpinan. Banyak yang menyimpan harapan dalam momentum kali ini, semoga berjalan dengan lancar dan menemui jalan mulus untuk keberlansungan IPPMIMM kedepan. Rentetan perjalan panjang lembaga sangat bergantung dari cara pelaku pelaku organisasi bersikap, adai kata kita mampu memandang secara konstruktif sebagaimana alur peta pemikiran zaman yang menuntut pastilah akan menghasilakan sikap toleran dan propesional, kalau kata bung isbahuddin "mari kita taburi hidup kita dengan cinta, karena dengan cinta sesuatu yang berbeda akan menyatu, sesuatu yang tandus akan tumbuh dan segala hal akan diliputi perasaan bahagia". Oleh karenanya dalam mubes ipmimm kedepan mari kita merajuk cinta dalam melodi hikmat kerinduan, semoga dengan cinta dapat terjalin hikmad kekeluargaan yg "romantis" seperti alunan musik klasik sayang mandar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Opini: BUKAN SOAL KEKUASAAN (Polemik dan Statuta IPPMIMM) Oleh: Fakli. A"
Posting Komentar